Ibrahimbin Adham memberikan peringatan tentang penghalang terkabulnya doa Sebutir Kurma, Dialog Dua Malaikat, dan Kehati-hatian Ibrahim Bin Adham | Republika Online REPUBLIKA.ID
Itu Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan warak yang doanya selalu dikabulkan Allah." kata malaikat satu. "Tetapi sekarang tidak lagi, doanya ditolak, karena empat bulan yang lalu dia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua didekat Masjidil Haram, " kata malaikat yang kedua.
Lihatlah, ini Ibrahim bin Adham, seorang ahli ibadah yang doa-doanya selalu dikabulkan Allah," kata malaikat pertama. "Namun, kini tidak lagi. Doanya tertolak karena beberapa bulan lalu ia memakan sebutir kurma yang ditemukannya di dekat wadah timbangan seorang pedagang tua di Makkah," timpal malaikat kedua. "Astaghfirullah al-'azim! seru Ibrahim.
Setiapmakhluk di alam raya ini memiliki rezeki sendiri-sendiri.
KisahIbrahim bin Adham dan Burung Gagak yang Baik Saturday, 12 Oct 2019 23:48 WIB. Ditolaknya Ibadah karena Sebutir Kurma Wednesday, 14 Dec 2016 17:15 WIB. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham ra berniat berziarah ke masjid Al-Aqsa di Palestina. Untuk bekal diperjalanan, dia membeli 1 kg kurma dari
rVlk. Dikisahkan setelah menunaikan ibadah haji, seseorang yang bernama Ibrahim bin Adham berniat untuk melakukan ziarah ke Masjidil Aqsa. Untuk bekal dalam perjalanannya tersebut, maka Ibrahim membeli satu kilogram kurma dari seorang penjual kurma yang sudah tua di dekat Masjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma yang terletak di pinggir timbangan. Lantas, Ibrahim menyangka bahwa sebutir kurma tersebut merupakan bagian dari kurma yang telah ia beli, kemudian ia memungut dan memakan sebutir kurma tersebut. Setelah selesai membeli kurma, Ibrahim melanjutkan perjalanannya menuju Masjidil Aqsa. Empat bulan kemudian, Ibrahim sampai di Masjidil Aqsa. Seperti biasanya, Ibrahim sangat suka memilih tempat beribadah pada sebuah ruangan yang berada di bawah kubah Sakhra. Ibrahim melakukan ibadah sholat dan berdoa di tempat tersebut dengan khusyu. Tiba-tiba Ibrahim mendengar percakapan dua malaikat tentang dirinya. Berkata malaiakat yang satu, “Itu Ibrahim bin Adham seorang yang ahli ibadah yang zuhud dan wara’ yang doanya selalu dikabulkan oleh Allah SWT”. “Tetapi sekarang sudah tidak lagi, karena empat bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang penjual kurma yang sudah tua yang berada di dekat Masjidil Haram”, balas malaikat yang satunya. Mendengar perbincangan kedua malaikat tersebut membuat Ibrahim bin Adham sangat terkejut, “Jadi selama empat bulan ini ibadah ku, sholat ku, doa-doa ku serta amalan-amalan ku tidak diterima oleh Allah SWT karena aku memakan sebutir kurma yang bukan menjadi hak ku”, kata Ibrahim. Lantas Ibrahim bin Adham beristigfar, “Astaghfirullahal azim” dan langsung bergegas untuk pergi menemui penjual kurma yang sudah tua itu untuk minta maaf dan minta untuk dihalalkannya sebutir kurma yang telah ia makan. Sesampainya di Makkah ia langsung bergegas menujuk lapak penjual kurma tua itu, namun ia tidak menemukan penjual kurma yang ia cari. Ibrahim bin Adham hanya menemui seorang pemuda yang menjual kurma di lapak penjual kurma tua dulu. Empat bulan yang lalu saya telah membeli kurma disini dari seorang penjual yang sudah tua, lantas dimana dia sekarang?” tanya Ibrahim kepada pemuda penjual kurma tersebut. “Dia sudah meninggal sebulan yang lalu dan saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma”, jawab pemuda penjual kurma tersebut. “Innalillahi wa innalillahi roji’un, kalau begitu kemana saya harus mencari penghalalan karena empat bulan yang lalu saya telah memakan sebutir kurma yang bukan menjadi hak saya”, kata Ibrahim sambil menceritakan kejadian empat bulan yang lalu. “Saya adalah anak dari penjual kurma tersebut”, sahut pemuda penjual kurma kepada Ibrahim. “Apakah engkau sebagai ahli waris orang tua itu, mau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang telah saya makan?” tanya Ibrahim kepada pemuda penjual kurma. “Bagi saya tidak masalah, Insya Allah saya menghalalkannya, tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya ada sebelas orang dan saya tidak berani mengatasnamakan mereka karena mereka memiliki hak waris yang sama dengan saya”, jawab pemuda penjual kurma. “Dimana tempat tinggal saudara-saudaramu yang lain? Biar saya menemui mereka satu persatu”, tanya Ibrahim. Lantas pemuda penjual kurma tersebut memberikan alamat saudara-saudaranya yang lain kepada Ibrahim. Setelah menerima alamat saudara-saudara pemuda penjual kurma tersebut, kemudian Ibrahim bin Adham langsung pergi untuk menemui saudara-saudara dari pemuda penjual kurma lainnya. Walaupun alamat mereka berjauh-jauhan namun Ibrahim dapat menemui mereka semuanya untuk meminta agar menghalalkan sebutir kurma yang telah ia makan. Semua ahli waris penjual kurma tua itu setuju untuk menghalalkan sebutir kurma yang telah dimakan oleh Ibrahim. Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah berada lagi di Masjidil Aqsa tepatnya di bawah kubah Sakhra lagi untuk beribadah. Tiba-tiba Ibrahim mendengar kembali percakapan dari kedua malaikat-malaikat yang dulu, “ Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolah karena sebutir kurma milik orang lain yang dia makan”, kata malaikat satu nya. “O tidak, sekarang doanya sudah kembali dikabulkan oleh Allah SWT karena dia telah mendapatkan penghalalan dari sebutir kurma yang ia makan dari ahli waris penjual kurma tua itu”, balas malaikat lainnya. Oleh sebab itulah, berhati-hatilah dengan makanan yang telah masuk ke dalam tubuh kita, apakah makanan tersebut sudah halal atau belum? Dan apabila ragu-ragu maka sebaiknya tinggalkan.
Hikmah Sunday, 02 Apr 2023, 1652 WIB Kisah; Ibrahim dan Adham dan Sebutir KurmaOleh Syahruddin El FikriSahabat Rumah Berkah yang dirahmati Allah SWT, Scroll untuk membaca Scroll untuk membaca Kali ini kami akan menceritakan sebuah kisah atau cerita yang penuh hikmah. Betapa pentingnya kita menjaga makanan selalu halal, dijauhkan dari hal-hal yang syubhat dan diharamkan Allah SWT. Kisah kali ini mengenai sesosok ulama terkemua, dan ahli sufi. Berikut kisahnyaPada akhir musim haji, seorang sufi terkemuka yang bernama Ibrahim bin Adham turut menunaikan ibadah haji. Seusai melaksanakan rukun Islam yang kelima itu, dirinya ingin berziarah ke Baitul Maqdis, sekaligus melaksakan ibadah di Masjid Al-Aqsha, melanjutkan perjalanan, sambil mempersiapkan bekal, ia menyambangi sebuah pasar yang berada di sekitar pinggiran Kota Makkah. Ia membeli sejumlah kurma dari seorang kurma yang sudah berusia dilakukan transaksi dan membayar harga kurma yang sudah terbungkus rapi, sesaat ia melihat ada sebutir kurma yang tergeletak di bawah meja pedagang kurma tersebut. Ibrahim bin Adham mengira, itu adalah kurma yang terjatuh dari bungkusannya. Dan dengan tenangnya, ia memakan dan menikmati kurma semua kebutuhannya selesai dipersiapkan, Ibrahim bin Adham melanjutkan perjalanan menuju Masjid al-Aqsha Palestina. Dalam perjalanan yang memakan waktu cukup lama dan melelahkan itu, tibalah dirinya di Masjid Al-Aqsha dan sekitaran Baitul juga Humor Yang Menentukan Dewasa Seseorang itu adalah....Di sana, ia mengunjungi Qubbatus Shakra’ Masjid Kubah Batu yang berwarna keemasan, satu tempat favoritnya dalam berdoa di Baitul Maqdis tersebut. Ia khusyuk berdoa dan berzikir kepada Allah SWT. Dalam zikirnya, ia mendengar ada suara percakapan. Ia mencari ke sekelilingnya, namun tak mendapati ada orang lain selain dirinya. Dalam riwayat, pihak yang bercakap-cakap itu adalah dua orang malaikat itu berdialog tentang sosok Ibrahim bin Adham. “Hei, itu Ibrahim bin Adham,” kata malaikat yang pertama. “Iya, betul. Seorang sosok saleh yang doanya selalu dikabulkan,” timpal malaikat yang lainnya. doa tertolak doa terkabul doa dikabulkan penyebab doa tertolak doa ramadan doa ramadhan ibrahim bin adham dan kurma se Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini Menebar Ukhuwah Meraih Berkah. Informasi [email protected]
Kisah; Ibrahim dan Adham dan Sebutir Kurma Oleh Syahruddin El Fikri Sahabat Rumah Berkah yang dirahmati Allah SWT, Scroll untuk membaca Scroll untuk membaca Kali ini kami akan menceritakan sebuah kisah atau cerita yang penuh hikmah. Betapa pentingnya kita menjaga makanan selalu halal, dijauhkan dari hal-hal yang syubhat dan diharamkan Allah SWT. Kisah kali ini mengenai sesosok ulama terkemua, dan ahli sufi. Berikut kisahnya Pada akhir musim haji, seorang sufi terkemuka yang bernama Ibrahim bin Adham turut menunaikan ibadah haji. Seusai melaksanakan rukun Islam yang kelima itu, dirinya ingin berziarah ke Baitul Maqdis, sekaligus melaksakan ibadah di Masjid Al-Aqsha, Palestina. Sebelum melanjutkan perjalanan, sambil mempersiapkan bekal, ia menyambangi sebuah pasar yang berada di sekitar pinggiran Kota Makkah. Ia membeli sejumlah kurma dari seorang kurma yang sudah berusia lanjut. Setelah dilakukan transaksi dan membayar harga kurma yang sudah terbungkus rapi, sesaat ia melihat ada sebutir kurma yang tergeletak di bawah meja pedagang kurma tersebut. Ibrahim bin Adham mengira, itu adalah kurma yang terjatuh dari bungkusannya. Dan dengan tenangnya, ia memakan dan menikmati kurma tersebut. Setelah semua kebutuhannya selesai dipersiapkan, Ibrahim bin Adham melanjutkan perjalanan menuju Masjid al-Aqsha Palestina. Dalam perjalanan yang memakan waktu cukup lama dan melelahkan itu, tibalah dirinya di Masjid Al-Aqsha dan sekitaran Baitul Maqdis. Baca juga Humor Yang Menentukan Dewasa Seseorang itu adalah…. Di sana, ia mengunjungi Qubbatus Shakra’ Masjid Kubah Batu yang berwarna keemasan, satu tempat favoritnya dalam berdoa di Baitul Maqdis tersebut. Ia khusyuk berdoa dan berzikir kepada Allah SWT. Dalam zikirnya, ia mendengar ada suara percakapan. Ia mencari ke sekelilingnya, namun tak mendapati ada orang lain selain dirinya. Dalam riwayat, pihak yang bercakap-cakap itu adalah dua orang malaikat. Kedua malaikat itu berdialog tentang sosok Ibrahim bin Adham. “Hei, itu Ibrahim bin Adham,” kata malaikat yang pertama. “Iya, betul. Seorang sosok saleh yang doanya selalu dikabulkan,” timpal malaikat yang lainnya.
— Syekh Ibrahim bin Adham 718-782merupakan seorang sufi yang berpengaruh besar dalam sejarah Islam. Tokoh yang berdarah Arab itu lahir di Khurasan, tepatnya Kota Balkh, kini bagian dari Afghanistan. Keluarganya menetap di wilayah tersebut setelah bermigrasi dari Kufah, Irak. Dalam Tadzkirat al-Auliya, terdapat selayang pandang cerita yang tentang sifat amanah sang salik. Ibrahim bin Adham berkata, "Aku pernah menjadi seorang penjaga kebun. Pada suatu hari, sang pemilik kebun datang. Ia memintaku untuk mencarikan buah-buah delima yang masak. Aku pun mengambilkan untuknya sejumlah buah delima. Ternyata, buah-buahan itu rasanya masam. Maka, aku mencari lagi buah delima lainnya yang kupikir masak. Sekeranjang buah-buah ini kuberikan kepadanya. Rasanya masam juga. Majikanku berkata, `Bagaimana kau ini? Sudah lama menjadi penjaga kebun, tetapi masih tak bisa juga membedakan antara delima yang masak dan masam?' Kukatakan kepadanya, `Aku ini penjaga kebun. Tugasku bukanlah memakan buah delima, apalagi mencicipi mana yang masam dan yang masak.' Ia kemudian berkata, `Dengan sikap amanah ini, engkau pasti Ibrahim bin Adham.' Setelah itu, aku pergi meninggalkan kebun tersebut." Kisah lainnya menggambarkan kecermatan Syekh Ibrahim dalam hidup. Ia selalu mengutamakan warak, yakni menjauhi perkara-perkara yang syubhat, apalagi yang haram. Apabila barang yang dimiliki atau dikonsumsinya belum jelas betul status kehalalannya, pantang baginya untuk menikmati barang tersebut. Pada akhir musim haji, sufi tersebut baru saja usai menunaikan rukun Islam kelima. Ia berniat melanjutkan rihlahnya ke Baitul Makdis. Ingin sekali berziarah dan beribadah di Masjid Al Aqsa. Sebelum bertolak ke Palestina, Ibrahim menyambangi sebuah pasar di pinggiran bekal perjalanan, dirinya pun membeli sekeranjang kurma dari seorang pedagang tua di sana. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat ada sebutir kurma yang tergeletak di bawah wadah timbangan. Disangkanya, sebutir kurma kecil itu adalah bagian dari buah-buahan yang dibelinya. Usai membayar, ia pun langsung berangkat menuju Al Aqsa. Sesudah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya lelaki ini tiba di tujuan. Seperti biasa, dirinya memilih tempat ibadah di bawah atap Kubah Batu. Saat sedang berzdikir, tiba-tiba ia mendengar suara percakapan dua malaikat dari arah atas. "Lihatlah, ini Ibrahim bin Adham, seorang ahli ibadah yang doa-doanya selalu dikabulkan Allah," kata malaikat pertama. "Namun, kini tidak lagi. Doanya tertolak karena beberapa bulan lalu ia memakan sebutir kurma yang ditemukannya di dekat wadah timbangan seorang pedagang tua di Makkah," timpal malaikat kedua. "Astaghfirullah al-'azim! seru Ibrahim. Ia sangat terkejut dan menyadari kesalahannya sufi ini bangkit dan bergegas pergi ke Makkah. Akhirnya, sampailah ia ke pasar yang dahulu dikunjunginya. Sayang, pedagang tua itu sudah meninggal dunia. Kini, yang menjaga toko buah tersebut adalah putranya. Setelah menjelaskan secara detail pokok persoalan, anak itu mengaku tidak mempermasalahkan buah yang telah dimakan Ibrahim. Namun, kata pemuda itu lagi, "Sesungguhnya, ayahku memiliki banyak anak. Jumlahnya 11 orang. Tidak hanya aku, tetapi ada juga saudara-saudaraku. Aku tidak berani mengatasnamakan mereka yang mempunyai hak waris yang sama denganku terkait dengan urusan Tuan ini." Setelah meminta alamat mereka masing- masing, Ibrahim langsung pergi menemui para anak almarhum itu satu per satu. Walau jarak rumahnya berjauhan, selesai juga permohonan maaf Ibrahim. Mereka semua setuju untuk menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka dahulu yang termakan sang mursyid. "Lihatlah, ini Ibrahim bin Adham, seorang ahli ibadah yang doa-doanya selalu dikabulkan Allah." sumber Harian RepublikaBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
- Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat mesjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak di dekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. Empat bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan di bawah kubah Sakhra. Ia salat dan ber doa khusuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya. “Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT,” kata malaikat yang satu. “Tetapi sekarang tidak lagi, doanya ditolak karena 4 bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat Mesjidil Haram,” jawab malaikat yang satu lagi. Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, salatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh ALLAH SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. “Astaghfirullahal adzhim” Ibrahim beristighfar. Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma.
kisah ibrahim bin adham dan sebutir kurma